Gunung Bagus
saptopranowo 28 Oktober 2016 11:32:41 WIB
Gunung Bagus di Paliyan Gunungkidul, Petilasan yang Kurang Terawat
Gunung Bagus dikenal sebagai tempat untuk melakukan ritual mencari Pasugihan (Pesugihan). Pasugihan yang terdapat di Gunung Bagus konon berwujud Thuyul.
Entah benar entah tidak, begitulah desas desus yang terbisikan dari satu mulut ke mulut lainnya. Oleh sebagian masyarakat pedesaan yang masih percaya ada jalan pintas gaib menuju kekayaan dan kemakmuran.
Penasaran akan seperti apa Gunung Bagus yang sebenarnya, selesai berkunjung ke Petilasan Ki Ageng Giring III di Desa Sodo saya pun berkendara ke arah selatan. Menuju suatu bukit yang terletak di tengah-tengah Hutan Jati yang rimbun di Desa Giring. Masih satu kecamatan Paliyan dengan Desa Sodo dimana Petilasan Ki Ageng Giring III berada.
Jarak antara kedua Petilasan itu tidak jauh. Ke Gunung Bagus cukup ditempuh kurang dari 15 menit berkendara sepeda motor dari Petilasan Ki Ageng Giring III.
Sore itu suasana Gunung Bagus nampak jauh berbeda dibandingkan dengan Petilasan Ki Ageng Giring III yang kami kunjungi terlebih dulu. Tidak nampak ada tanda-tanda aktifitas orang. Satu-satunya aktifitas yang kami lihat hanya sejoli yang mungkin sedang berpacaran dan berfoto-foto mesra.
Kami (saya dan Tina Latief) memarkir sepeda motor di tempat yang sekiranya aman di pinggir jalan menuju Singkil ini. Jalan setapak menuju ke atas Bukit Gunung Bagus nampak dipasangi portal.
Kedatangan kami langsung disambut oleh nyamuk-nyamuk kelaparan yang mengerumi. Kami dengan hati-hati kemudian berjalan melintasi setapak berundak menuju ke Puncak Gunung Bagus. Puncak dimana terdapat bangunan petilasan.
Berada di puncak bukit Gunung Bagus, apa yang kami lihat adalah sebuah bangunan bertembok permanen. Atapnya nampak sudah mulai rusak. Cat tembok pun sudah mulai memudar. Seolah ingin menampilkan raut muka dingin yang misterius.
Di sebelah barat bangunan petilasan (makam) terdapat padasan. Sejumlah 2 buah. Bagi yang belum tahu, padasan biasanya oleh orang Jawa digunakan untuk mengalirkan air untuk berwudlu. Kedua beda Padasan itu meski nampak kurang begitu bersih, tetapi dalam kondisi utuh dan baik.
Pintu petilasan/pasarehan/pemakaman terletak di sisi selatan. Kami mencoba mengucapkan permisi (kulo nuwun). Tak ada jawaban. Nampaknya memang merupakan sebuah bangunan petilasan yang tak berpenunggu.
Kami dengan hati-hati mencoba membuka pintu bangunan Petilasan Gunung Bagus. Rupanya pintu bangunan ini terkunci. Kami pun hanya bisa melihat-lihat isi bangunan dari luar. Melalui jendela-jendela kaca di kanan dan kiri bangunan.
Apa yang bisa kami lihat dari luar adalah: 3 buah batu nisan yang berselimut kain kafan yang nampak sudah mulai usang. Beberapa patung sebentuk singa atau harimau. Tempat-tempat untuk membakar dupa dan kemenyan. Dan Karpet berwarna hijau. Di salah satu sisi dinding nampak sebuah jam dinding yang sudah tidak berfungsi.
Dari kesemua benda yang ada di dalam bangunan Petilasan Gunung Bagus apa yang nampak menarik untuk diketahui adalah ketika nisan berselimut kain kafan itu. Dari papan nama yang terbaca dari balik kaca, nisan-nisan itu bertuliskan nama: Bondan Gejawan, Joko Tarub dan Dewi Nawangsih.
Di masyarakat Jawa berkembang legenda tentang Joko Tarub dengan banyak versi. Salah satu versi yang berkembang adalah bahwa Joko Tarub adalah seorang pemuda yang mempersunting bidadari.
Bidadari itu bernawa Nawang Wulan. Dari perkawinan itu mereka mempunyai anak yang salah satunya bernama Dewi Nawangsih. Bagaimana seorang bidadari bernawa Nawang Wulan bisa dipersunting Joko Tarub.
Konon karena ketika Nawang Wulan sedang mandi di sendang (telaga) bersama bidadari-bidadari lain, Joko Tarub mengambil salah satu selendang yang ditanggalkan para bidadari. Nah, semua bidadari kembali ke kayangan begitu selesai mandi. Kecuali Nawang Wulan yang kehilangan selendangnya.
Frustasi mencari selendangnya yang hilang, Nawang Wulan berujar barang siapa bisa memberinya pakaian, maka bila ia lelaki akan dijadikan suami. Beruntunglah Joko Tarub yang memberikan Nawang Wulan pakaian.
Sama dengan cerita tentang Pesugihan di atas, cerita persuntingan Joko Tarub – Nawang Wulan ini pun tidak ada yang bisa memastikan kebenaranny.
Cerita lain yang berkembang di masyarakat adalah bahwa Joko Tarub merupakan pribadi baik hati di suatu desa. Ia suka menolong, bisa menyembuhkan orang-orang yang sedang sakit namun ketika sakit Tarub tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri.
Setelah cukup melihat-lihat isi bangunan Petilasan, saya pun berjalan mengelilingi bangunan Petilasan. Ada 2 hal lagi yang saya temukan secara visual. Pertama, pemandangan di sekitar puncak Gunung Bagus sangat indah. Ini bagi kami sedikit mengurangi suasa seram dan angker. Kedua adalah adanya batu nisan kecil di belakang (di sisi utara) bangunan petilasan. Tidak ada tulisan atau keterangan tentang nisan itu yang bisa kami baca.
Sebelum meninggalkan Gunung Bagus, kami sekali lagi membaca-baca batu prasasti peresmian pemugaran bagungan Petilasan Gunung Bagus.
Menurut Batu Prasasti itu, Pemugaran Bangunan Petilasan Gunung Bagus diresmikan pada hari Jum’at Pahing, tanggal 20 Agustus 1999. Oleh R Dirdjo Handoko Kusumo dan KRT. Onggodiprojo.
Jadi wajar bila bangunan ini sudah nampak mulai rusak. Pemugarannya saja sudah dilakukan 17 tahun silam. Menjadi pertanyaan kenapa bangunan petilasan ini tidak dirawat dan dibangun dengan Danais. Apakah ini tidak termasuk heritage sebagaimana menurut Undang Undang Keistimewaan Jogja?
Apabila tempat ini dirawat dan dilestarikan, syukur-syukur dirawat dan ditunggu, dijaga sebagus Petilasan Ki Ageng Giring III, tempat ini bisa menjadi destinasi wisata kultural/spiritual.
Pertanyaan di atas sebenarnya ingin kami tanyakan kepada Juru Kunci Pesarehan Gunung Bagus. Sayangnya kami belum mendapatkan petunjuk kemana seharus kami menemui Juru Kunci. Sore itu bahkan tak seorang penduduk pun kami temui di sekitar Petilasan Gunung Bagus. Mungkin saya harus mencoba ke sana lagi pada Malam Selasa Kliwon atau Jum’at Kliwon dimana kemungkinan banyak peziarah.
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |