Babad dalan Desa giring

Giring Village 25 Agustus 2016 09:23:47 WIB

Warga Desa Giring, Kecamatan Paliyan melaksanakan tradisi Babad Dalan, Jumat Kliwon. Dalam tradisi tersebut, salah satu keunikan tradisi tersebut yakni  sesaji dari tiap padukuhan harus dibawa dengan cara berjalan kaki.

Sugeng, Perangkat Desa Desa Giring, Kecamatan Paliyan menjelaskan, tradisi Babad Dalan bermula ketika pada zaman dahulu Ki Ageng Giring adalah sosok orang yang dapat memberikan kesejahteraan bagi warga setempat. Namun karena Ki Ageng Giring menghilang dan diduga wafat, masyarakat memulai mencari dengan cara babad alas (hutan) untuk membuka jalan.

Setelah jauh menjelajah dan membuka jalan, maka mereka menemukan sebuah kethu (topi) dan teken (tongkat) di tengah hutan yang saat ini masuk wilayah Desa Sodo. 

"Mulai saat itu lah tradisi ini dilakukan untuk mengenang usaha mereka babad alas untuk menemukan Ki Ageng Giring," ujar Sugeng.

Dalam tradisi tersebut, sebanyak 9 padukuhan se-Desa Giring wajib mengirimkan perwakilan anggota keluarga membawa nasi ingkung dan lauk untuk mengikuti kenduri di Balai Desa Giring. Uniknya, warga yang membawa sesaji tersebut tidak diperbolehkan naik kendaraan, mereka harus berjalan kaki sampai balai desa.

"Siapapun yang membawa sesaji tidak boleh naik kendaraan. Tujuannya untuk ikut prihatin mengenang perjuangan zaman dulu," tambah Sugeng.

Dalam tradisi Babad Dalan yang dilakukan warga Giring kali ini berjalan cukup lancar. Warga terlihat sangat antusias ikut serta, mulai dari acara sambutan sampai puncak yakni prosesi doa bersama sajian makanan. Ketika acara selesai, kegiatan dilanjutkan makan bersama.

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar